Minggu, 11 Januari 2009

JALAN YANG SUKAR

Dewasa ini muncul berbagai pengajaran yang menyatakan secara langsung maupun tidak langsung, bahwa kekristenan adalah jalan yang mudah.

Jalan yang berlimpah berkat, rahmat, sukacita dan berbagai kemudahan dalam hidup. Memang kekristenan adalah jalan yang terbaik, tetapi bukan jalan yang gampang. Pengajaran yang menekankan bahwa kekristenan adalah jalan yang mudah memiliki dampak yang negatif bagi umat Tuhan:

Umat Tuhan cenderung duniawi

Kekristenan yang diajarkan sebagai jalan yang mudah, pada umumnya menekankan hal-hal duniawi. Kekristenan dan kuasa Allah menjadi sarana untuk memperoleh kekayaan dunia dan pemuasan ambisi manusia. Kekristenan semacam ini biasanya adalah kekristenan yang bertendensi hendak mengatur dan menjadikan Tuhan “kuda tanggangan” semata-mata. Gereja yang mengajarkan pola ajaran ini kemungkinan besar akan banyak dikunjungi orang.

Orang Kristen yang menerima Injil dengan kadar rendah ini memiliki kecenderungan kurang mengabdi kepada Tuhan. Mengiring Tuhan hanya karena keuntungan pribadi. Kalaupun mereka hendak berbuat sesuatu bagi Tuhan, mereka suka berbuat hanya untuk gereja, sebab ada berkat di balik memberi bagi gereja. Dalam hal ini, persembahan disejajarkan dengan mata kail. Memberi umpan sedikit supaya mendapat ikan yang besar, memberi harta sedikit supaya mendapat berkat yang lebih besar dari Tuhan.

Anak Tuhan seperti ini biasanya kurang memberi dan memperhatikan sesamanya. Mereka memberi hanya karena mau “barter” dengan Tuhan.

Pelayan Tuhan yang mengajar-kan bahwa mengikut Yesus adalah jalan yang mudah, secara tidak langsung telah membawa jemaat Tuhan menjadi kerdil, kekanak- kanakan dan kurang bertumbuh. Bila terjadi demikian, maka cinta jemaat terhadap dunia tidak menjadi surut. Sebagai akibatnya, hati jemaat cenderung kurang merindukan Yesus dan kerajaan-Nya (bnd. Yoh 3:31; Kol 3:1- 4). Bila ini yang terjadi, maka sia-sialah Tuhan memanggil kita untuk menjadi warga Kerajaan Sorga, bila hati dan tujuan hidup kita hanya mengarah di bumi. Pada segala sesuatu yang akan binasa (2 Pet 3:12 bnd. I Yoh 2:15).

Umat Tuhan tidak sungguh-sungguh belajar kebenaran Tuhan guna mencapai tingkat rohani yang lebih tinggi

Dengan demikian jemaat menjadi malas untuk bertumbuh menuju ke kedewasaan. Bisa timbul kepuasan rohani yang mengakibatkan seseorang sombong rohani (bnd. Wah 3:17). Seorang yang merasa puas dengan hidup kerohaniannya cenderung haus dengan hal-hal duniawi. Tetapi kalau seseorang haus dan lapar akan kebenaran Allah, yaitu hal-hal rohani, maka ia akan cenderung puas dengan hal-hal duniawi. Ia akan mudah untuk mengucap syukur kepada Allah, apapun dan bagaimanapun keadaannya.

Dalam berbagai kesempatan, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa mengiring Tuhan tidak mudah. Mengiring Tuhan adalah jalan yang sukar. Kebenaran ini dinyatakan Tuhan melalui beberapa penjelasan berikut ini:

Matius 7:13-14
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebiasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Ayat ini berbicara mengenai jalan lebar dan jalan sempit. Dalam kehidupan ini ada dua jalan. Jalan lebar adalah jalan mudah yang membawa manusia menuju kebinasaan dan kematian kekal. Mereka ini adalah orang-orang yang mau “nikmat hidup” dengan dunia. Mereka adalah kelompok orang yang hendak menyelamatkan nyawa mereka sendiri (Mat 10:39; 16:25; Mark 8:35; Luk 9:24; 17:33; Yoh 12:25).

Jalan menuju kehidupan kekal adalah jalan yang sempit, sesak, sukar, banyak rintangan dan sedikit orang yang mau masuk melaluinya. Ini adalah jalan yang tidak disukai orang. Ini adalah jalan yang penuh resiko. Tetapi inilah jalan yang benar yang menuju kepada kehidupan dan kebahagiaan yang kekal bersama dengan Bapa. Oleh sebab itu adalah salah kalau kita mengajarkan bahwa mengiring Tuhan itu adalah jalan yang mudah. Kepada jemaat Tuhan harus ditegaskan berulang-ulang bahwa mengiring Tuhan itu berarti sama halnya berjalan di jalan yang sukar, penuh rintangan dan resiko, dalam pergumulan yang tidak pernah usai.

Lukas 14:28-33
Perumpamaan yang Tuhan Yesus sajikan mengenai orang yang membangun menara dan raja yang maju berperang, hendak menjelaskan kepada kita bahwa mengiring Tuhan bukan hal yang gampang. Mahal harganya. Harus dipertimbangkan dengan serius.

Oleh sebab itu kekristenan harus ditawarkan secara benar. Jangan seperti iklan-iklan di layar TV yang sering kali berisi kebohongan-kebohongan atas produk yang ditawarkan. Injil harus diberitakan secara benar dan lengkap. Injil yang bermutu adalah Injil yang diberitakan secara lengkap.

Orang-orang bukan saja dipanggil untuk menjadi orang percaya yang menikmati keselamatan jiwa saja, tetapi mereka dipanggil pula untuk “mengikut Yesus” sebagai murid. Untuk menekankan betapa tidak mudahnya “pengiringan” itu, Tuhan menegaskan hitung dulu anggarannya. Menerima Yesus sebagai Juruselamat, gratis mendapat keselamatan, tetapi mengikut Yesus, harus membayar harga pengiringan itu.

Percaya Kepada Yesus Berarti Mengikut Dia
Orang yang dipanggil Tuhan adalah orang yang akan dilelahkan akibat keputusannya mengiring Yesus. Kelegaan yang diberikan Tuhan Yesus akan disusul dengan “kuk” (Mat 11:28-30). Hal ini menjadi rencana Tuhan bahwa orang-orang yang dipanggil itu juga dimuridkan. Menjadi murid seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah seseorang yang sedang berguru, seseorang yang harus belajar, bergumul dan dididik agar mengalami peningkatan. Proses ini sungguh-sungguh melelahkan. Namun demikian perlu kita beri isi yang benar terhadap kata kelelahan di sini.

Ini adalah kelelahan yang disertai sukacita, damai sejahtera Allah. Ini bukanlah “kelelahan” seperti yang diucapkan Yesus dalam Matius 11:28 - Marilah kepada-Ku, semua orang yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Menjadi anak Tuhan itu berarti lepas dari kelelahan yang membinasakan (Mat 11:28), masuk ke dalam kelelahan yang membawa kenikmatan dan kehidupan. Lepas dari satu kelelahan masuk ke dalam kelelahan yang lain. Kelelahan yang pertama disebabkan oleh dosa dan berbagai kutuk penderitaannya, tetapi kelelahan yang kedua ini adalah kelelahan kuk dari Allah. Kelelahan yang kedua membawa kita pada kehidupan dan anugerah Allah.

Seseorang barulah dapat disebut pengikut Yesus kalau orang tersebut mengalami keselamatan dari Allah dan memberi diri dimuridkan. Penolakan terhadap proses pemuridan ini berarti penolakan mengikut Yesus (bnd. Luk 9:57-58; Yoh 13:13-15). Dalam kedua perikop ini, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa setiap orang percaya harus mengikuti jejak-Nya. Apa yang Yesus dapat perbuat, orang percaya juga dapat lakukan (Yoh 14:12). Ini bukan saja menyangkut kuasa dan mujizat yang sudah dilakukan-Nya, tetapi juga menyangkut kehidupan Tuhan Yesus yang harus diteladani.

Mengikut Yesus berarti meniru jejak-Nya. Jejak di sini adalah seluruh kehidupan-Nya, pola hidup dan tindakan-Nya. Jadi kalau ada seseorang mengaku mengikut Yesus tetapi tidak mengikuti jejak-Nya, ia telah berdusta terhadap orang lain dan dirinya sendiri. Dalam hal ini, ternyata banyak orang Kristen yang tertipu oleh pola pikirnya sendiri. Ada orang-orang Kristen yang merasa bahwa kalau ia menjadi orang Kristen itu berarti sudah mengikut Yesus. Belum tentu.

Tidak semua orang Kristen adalah pengikut Kristus. Lihat bagaimana hidup dan motivasi-motivasi pengiringannya. Pengikut Kristus adalah orang-orang yang rela menderita untuk Tuhan dan orang lain. Pengikut Kristus adalah orang-orang yang bersedia direndahkan asal nama Tuhan ditinggikan. Pengikut Kristus adalah orang-orang yang rela kehilangan nyawanya, bukan yang takut kehilangan nyawanya, entah itu karena kemiskinan, kelaparan atau berbagai kesulitan hidup dan penganiayaan dunia ini. Pengikut Kristus berarti mau berjalan di jalan yang sempit dan sukar, penuh kerikil tajam dan duri yang membuatnya tidak nyaman, seperti halnya Kristus telah melaluinya selama ia melayani di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar