Senin, 12 Januari 2009

Allah Yang Peduli

(Mazmur 40:12-18)


Dari pembacaan ayat-ayat tersebut, kita melihat bagaimana pergumulan seorang anak manusia yang mengalami berbagai kesulitan dalam kehidupan, yang menurutnya telah melampaui kekuatannya. Sebenarnya keadaan orang ini mirip dengan apa yang kita alami. Kita menyadari, untuk menjadi seorang anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya, yang dapat mengikuti keinginan-Nya, adalah sesuatu yang mustahil. Tetapi firman Tuhan berkata, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, menjadi mungkin bagi-Nya.” Dunia yang dihadapi dengan segala persoalannya, dan klimaksnya adalah dosa serta kuasa kegelapan, sangat melampaui kekuatan kita. Seorang anak manusia yang dapat mengikuti jejak Tuhan Yesus, biarlah bergembira dan bersuka cita karenanya, dan semua orang yang mencari Tuhan, biarlah mereka bersuka cita. Tuhanlah yang menolong dan meluputi aku, dan janganlah berlalu.

Ketika kita datang berhimpun dalam persekutuan orang-orang percaya, berarti kita sedang berperkara dengan Tuhan yang sungguh-sungguh agung. Tuhan yang menciptakan dan mengatasi alam jagat raya, artinya Tuhan yang melampaui besarnya jagat raya dan alam semesta yang unlimited (tidak terbatas) ini. Kita sedang berperkara dengan Tuhan yang mengatasi atau melampaui segala gerak sejarah, bagaimana pun dahsyatnya peristiwa sejarah itu. Namun ternyata, Tuhan yang dahsyat dan tak terbatas itu, sangat memperhatikan kita.

Dalam Yesaya 40:12-15, 23, 27-29, dinyatakan bagaimana kebesaran dan kedahsyatan Tuhan yang luar biasa. Kita tidak akan mampu mengatasi Tuhan yang agung itu dengan akal pikiran yang terbatas. Kita adalah realitas kecil dari ciptaan-Nya, sebab kita sangat kecil dibandingkan dengan gerak alam semesta dan gerak sejarah.

Ketika kita gagal mencapai suatu cita-cita, saat terpuruk dalam keadaan yang serba berkekurangan, ketika tertolak oleh lingkungan, kita dianggap pecundang, orang yang kalah. Sebagai orang yang tidak diperdulikan, maka kita pun merasa sebagai orang yang terbuang. Kalau pun menghampiri Tuhan, kita datang kepada-Nya dengan hati yang kurang percaya, kurang yakin pada kuasa-Nya. Menyampaikan permohonan kepada-Nya pun dengan ratapan dan tangisan, bukan hanya setengah memaksa, tetapi menekan-Nya. Ratapan dan tangisan itu kita gunakan sebagai sarana untuk membujuk dan merayu Tuhan. Meski pun contoh ini relatif, tetapi inilah suatu gejala yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Sekali lagi, dibandingkan dengan realitas dunia ini, manusia sangat kecil. Namun Dia begitu mempedulikan kita yang kecil dan miskin ini. Kita sangat diperhatikan-Nya. Jika ayat 27 mengatakan, Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”. Sebenarnya itu adalah bahasa atau seruan kita kepada-Nya. Seiring dengan pertumbuhan rohani, seharusnya hati kita berubah. Ini sangat penting, sebab inilah kuncinya! Jika dulu kita berdoa dengan meratap dan menangis di kaki-Nya, tetapi sekarang tidak! Tuhan yang kukasihi pasti mempedulikan aku, sebab aku berharga di mata-Nya! Sesungguhnya, Tuhan mempertaruhkan seluruh yang dimiliki-Nya untuk keperluan hidup orang yang sangat dikasihi-Nya.

Jika pikiran kita tidak sanggup mengerti segala jalan-jalan-Nya, tetapi hati kita dapat percaya. Segalanya tidak terduga apa yang Dia kerjakan bagi kita. Jika Allah rela memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita, sesungguhnya itulah jati diri-Nya. Sehingga untuk hal-hal yang lain, apalah artinya bagi Dia? Setelah kita ditebus dengan darah yang mahal, darah Yesus Kristus, dan diangkat menjadi anak-Nya, Allah akan mengatur segala sesuatunya bagi kita, untuk mendatangkan kebaikan menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (Flp. 4:19). Bagaimana Allah yang begitu dahsyat, mau dan rela campur tangan dengan perkara-perkara kita yang kecil, mengapa Dia terus “resek” dengan urusan kita? Itulah bukti kesetiaan dan kasih-Nya yang besar bagi umat tebusan-Nya. Allah tidak ingin kita terhilang.

Tuhan menghargai hidup kita, lebih daripada kita menghargai hidup. Tuhan yang tak terbatas itu mau terus memperhatikannya. Jika Dia menghargai kita, tentunya kita pun selayaknya menghargai hidup ini secara proporsional. Itu kalau kita mempercayai bahwa Tuhan memperhatikan hidup kita. Sebaliknya, kita sering tidak menghargai hidup ketika merasa hak kita tidak diperhatikan-Nya. Hari ini kita harus merasa yakin, bahwa hidup kita diperhatikan dan dipelihara Tuhan. Sadarilah, bahwa keadaan kita semuanya dalam kontrol Allah Bapa, yang mengasihi kita lebih daripada orangtua sendiri.

Tatkala seseorang berpaling dari Tuhan, dan mencari perlindungan pada dunia yang menjanjikan pangkat, harta, dan kesenangan lainnya, sehingga terhilang dari hadapan Tuhan. Hari-hari ini banyak orang yang lebih peduli dengan uang dan harta, filosofi mereka adalah demi kelangsungan hidup, sehingga banyak orang hanyut dengan kesenangan duniawi, dan berharap demi melengkapi kebahagiaan dapat meraih dunia sebanyak-banyaknya. Orang ini lupa bahwa Tuhan mempedulikannya sangat sempurna. Orang ini beranggapan, banyak uang maka hidupnya semakin senang. Padahal Tuhan memberikan kita kekayaan itu dengan maksud untuk digunakan bagi kemuliaan-Nya.

Tuhan mungkin menginginkan kita memiliki harta secukupnya, seberapa tepat harta yang patut kita miliki, karena memiliki harta berlebih dapat menghancurkan hidup kita sendiri. Artinya, agar kekayaan itu tidak menjerat dan membahayakan hidup kita. Allah sangat mengasihi kita, jika telah memiliki harta berlimpah, maka hidup kita akan semakin menjauh dari-Nya. Inilah yang dikhawatirkan-Nya.

Hidup itu seharusnya biarkan saja mengalir, dan hargailah hidup ini dengan memahami sebagaimana Tuhan menghargai hidup kita. Pertanyaannya, kapankah kita menghargai hidup? Kita menghargai hidup ketika Tuhan menjadi pusat kebahagiaan kita, bukannya harta, pangkat, jodoh atau apa pun, melainkan Tuhan saja yang menjadi pusat kehidupan kita. Sesungguhnya manusia dapat hidup tanpa apa pun atau siapa pun. Sebab itu saat ini juga katakan pada dirimu, bahwa saya tidak dapat hidup tanpa Tuhan!

Dalam ayat 28b dikatakan, “Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; ….. “ Alam semesta ini diciptakan-Nya untuk kita diami. Semua ciptaan-Nya adalah sempurna, dan dipersiapkan bagi umat manusia. Pemazmur mengatakan, Tuhan telah mempersiapkan semua berkat bagi yang dicintai-Nya, pada waktu mereka tidur (Mzm. 127:2b). Allah tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya, yaitu orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil, untuk menerima berkat-berkat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar