Minggu, 08 Februari 2009

Kekristenan Yang Benar

Sampai hari ini banyak orang Kristen berpikir dan berpendirian bahwa Kekristenan yang benar adalah sekumpulan hukum-hukum atau perintah yang dijalani. Itulah sebabnya ada kelompok orang Kristen yang berusaha menemukan perintah-perintah atau hukum-hukum yang ditulis Alkitab kemudian berusaha merumuskannya dengan teliti guna dilakukan. Ini adalah kelompok militan yang sejajar dengan orang-orang parisi dan ahli torat pada jaman Yesus. Biasanya kelompok ini ditandai dengan sikapnya yang sombong karena kesucian hidup yang mereka miliki dan penghakiman bahkan penghukuman yang mereka lakukan terhadap saudara yang bersalah. Biasanya mereka seperti memiliki rasa bangga atas prestasi kesucian hidup yang mereka miliki dan kecaman yang tajam terhadap saudara yang jatuh dalam dosa. Orang-orang seperti ini mengira bahwa ia berkenan kepada Tuhan lebih dari orang lain, pada hal sikap seperti ini makin menjadikan ia jauh dari hati dan pikiran Allah. Sementara ada kelompok lain yang tidak militan mematuhi hukum, mereka berpendirian sama sama seperti diatas tetapi tidak militan untuk mematuhi hukum. Mereka dengan diam-diam memiliki sikap pesimistis menjadi orang “saleh Tuhan” karena kegagalan melakukan perintah-perintah Tuhan. Menurut kelompok ini menjadi orang Kristen yang benar adalah hal yang mendekati kemustahilan. Tidak jarang orang-orang seperti ini menjauhi kasih karunia Tuhan. Akhirnya mereka bisa terhilang dan tidak mengenal kebenaran sama sekali. Membicarakan hal ini bukan berarti bahwa hukum Tuhan boleh dibuang atau bisa direndahkan. Tetapi kita harus memiliki pemahaman yang benar bagaimana memandang hukum. Kekristenan yang benar harus dimengerti dengan benar. Hal ini sangat penting. Kekristenan yang benar bukan sekedar memahami sekumpulan hukum-hukum dan berusaha melakukannya.

Hal pertama yang harus diingat bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah anugerah, karunia semata-mata. Kita peroleh bukan karena kita berbuat baik. Tetapi karena iman (Ef 2:8-9). Hal ini merupakan landasan pertam ayang membuat seseorang tidak bias sombong atau tinggi hati karena kebenaran hidup yang dimiliki. Kalau orang Kristen bias sombong dengan kebenaran hidupnyanya , maka jalurnya pasti salah. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan yesus sebagai Juru Selamat kemudian Tuhan menjadikannya anakNya, maka Tuhan memberikan kepadanya hak sebagai anaka Allah (Yoh 1:12-13). Hak inilah yang didalamnya terdapat kuasa pembaharuan seperti yang dinubuatkan dalam perjanjian lama (Yehez 36:25-27). Landasan atau dasar untuk menjadi berkenan kepada Allah itu pada hakekatnya adalah pertama “percaya kepada Tuhan Yesus Kristus”, selanjutnya mengenal kebenaran. Iblis tidak terlalu berputus asa ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, sebab ia masih memiliki jalan yaitu menutup kebenaran agar tidak dikenali orang percaya tersebut. Kuasa pembaharuan atau kuasa yang memerdekakan terdapat pada ketika seseorang “mengenal kebenaran” (Yoh 8:31-32). Sebab bila tidak demikian niscaya Tuhan Yesus tidak perlu mengajar dari kota ke kota, dari desa ke desa. Pengajaran cukup diserahkan kepada ahli-ahli torat dan guru-guru agama pada waktu itu. Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran Allah yang memerdekakan atau menjadikan orang percaya berkenan kepada Bapa. Hal ini merupakan hal yang utama, sebagai buktinya ketika Tuhan Yesus naik ke sorga maka ia perlu mengutus penolong. Fungsi dari penolong tersebut adalah membawa orang percaya kepada segala kebenaran Tuhan (Yoh 14:16-17,26; 16:12-13).

Dengan demikian jelas bahwa yang utama dalah pembaharuan pikiran oleh Firman Tuhan setiap hari, ini adalah landasan untuk menjadi berkenan kepada Tuhan (Roma 12:2). Jadi melakukan Firman Tuhan atau melakukan segala sesuatu yang yang diperintahkan Tuhan (Mat 28:18-20), bukan semata-mata membuat memperhatikan hukum yang tertulis guna dilakukan tetapi mengerti “kebenaran Tuhan” dan menerapkannya dalam hidup. Ini bukan hanya berbicara mengenai sikap tubuh atau apa yang kelihatan tetapi juga sikap hati. Karenanya dalam matius 5 Tuhan Yesus mencoba memberi contoh hukum kesempurnaan yang harus dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan menunjukkan bahwa konsep berjinah, membunuh, mengasihi dll menurut Tuhan dengan menurut ahli torat itu berbeda. Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran Firman Tuhan itulah yang menguduskan (Yoh 17:17).

Kesegaran Roh

Bila timbunan kolestrol sudah memuncak di ambang batas normal, stroke dan lumpuh segera menanti seseorang. Kalau sudah demikian orang baru sadar betapa pentingnya mengolah tubuh dan berhati-hati akan makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Banyak orang secara tidak sadar bunuh diri secara pelahan-lahan. Sudah tahu penyakit darah tinggi identik dengan dirinya, masih juga gila-gilaan makan sate kambing dan menikmati makan yang gampang memacu darahnya sendiri. Kalau sudah ambruk dan lunglai bagaikan seonggok karung tidak berdaya ditempat tidur baru sadar betapa bahagianya saat-saat dirinya sehat. Ini belum termasuk yang menggandrungi rokok, minuman keras dan obat-obatan terlarang termasuk orang-orang sudah sudah pasti membunuh dirinya sendiri dengan tindakannya.

Mata ini baru akan terbuka dan siuman betapa mahalnya nilai kesehatan setelah diperhadapkan pisau operasi dan beratnya membayar jasa dokter yang mencekik leher dan harga obat-obatan yang merampok kantong. Orang yang tidak pernah menyempatkan diri untuk berolah raga minimal lari ditempat atau push up ia dapat digolongkan ceroboh dengan membunuh dirinya sendiri di kemudian hari. Otot-otot dan organ tubuh yang ada dalam hidup ini diformat Tuhan akan elastis dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya bila digerakkan dengan olah raga tanpa ini maka tubuh akan loyo dan karatan sebab keringat tidak keluar dan terus memproduksi racun dalam organ-organ tubuh yang didalam. Belum lagi bila seorang lupa minum air putih sesuai dengan ukuran yang ditentukan maka cepat atau lambat ginjalnya akan rusak dan segera gagal ginjal membunuh sang kehidupan.

Secara fisikally saja orang harus memperhatikan tubuhnya terlebih lagi orang percaya harus juga mengolah ragakan rohnya melalui ibadah. Paulus dengan tegas mengatakan kepada Timotius bahwa “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan akan datang (1 Tim 4:8)” Otot-otot rohani kita akan bertumbuh dewasa dan segar bila kita memaksimalkannya melalui ibadah yang identik dengan olah raga. Melalui ibadah yang benar maka rohani seseorang di pupuk dan bertumbuh, berbunga dan akhirnya berbuah. Indah untuk dilihat dan dinikmati.

Latihan badani dalam bahasa Yunaninya Somatike gumnasia yang memiliki arti training atau ascetism yakni latihan dan pertapaan. Ini berarti seseorang harus bertanggung jawab untuk kesehatan fisiknya. Seseorang harus olah raga supaya terjadi pembakaran membuang keringat dan racun-racun yang di dalam dan juga berpuasa artinya berani berpantang tidak makan atau minum segala sesuatu yang merusak fisik kita! Jadi jangan menyalahkan Tuhan kalau kita sakit karena ulah kita sendiri. Kalau hal itu terjadi mintalah pengampunan dan kesembuhan! Sudah tahu punya penyakit darah tinggi hobbinya masih makan sate kambing itu namanya mencobai Tuhan.

Tetapi Ibadah itu berguna dalam segala hal, kata ibadah tersebut usebeia Pronounced yoo-seb'-i-ah piety; specially, the gospel scheme: KJV--godliness, holiness. (keillahian, kesucian). Ini berarti ibadah itu mempraktekkan sikap hidup yang seperti Tuhan! Ibadah itu tidak hanya secara korporet ditengah-tengah ibadah minggu secara umum tetapi juga secara individu seseorang harus menunjukkan karakter illahi, itulah ibadah yang sebenarnya! Ibadah yang saudara lakukan akan menghasilkan keuntungan besar baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang!

Minggu, 01 Februari 2009

DOSA

Pemahaman tentang dosa merupakan salah satu hal penting dalam iman Kristen. Ada orang Kristen yang meskipun sudah bertahun-tahun mengikut Kristus, tetapi terus hidup di dalam dosa.

Ada orang Kristen yang walaupun sudah bertobat dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat hidupnya, namun dia tetap merasa disiksa oleh rasa bersalah karena dosa-dosa masa lalunya. Ada beberapa orang Kristen berpendapat bahwa ketika seseorang masih kecil, maka segala dosa ditanggung oleh orangtuanya dan orang tersebut baru dapat bertanggung jawab terhadap dosanya sendiri, setelah mengikuti suatu acara gereja tertentu (sidi gereja).

Apa ajaran Alkitab tentang dosa? Apa yang dimaksud dengan dosa warisan? Apa yang dimaksud dengan dosa-dosa pribadi? Penjelasan di bawah ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai dosa, sehingga pemahaman ini akan menolong kita memiliki sikap yang sesuai dengan Firman Tuhan terhadap dosa.

II. ISTILAH

Dalam Perjanjian Lama kita dapat menemukan delapan kata dasar yang menunjuk tentang dosa. Kata-kata yang dimaksud adalah:

Khata :"tidak mengenai sasaran" (Keluaran 20:20; Amsal 8:36).

Ra :"menghentikan/ menghancurkan" (Kejadian 3:5; 38:7).

Pasha :"memberontak" (1 Raja-raja 12:9; Yesaya 1:2).

Awon :"perbuatan salah" (1 Samuel 3:13).

Shagag :"menyimpang" (Yesaya 28:7).

Asham :" dosa yang berhubungan dengan korban persembahan" (Imamat 4:13; 5:2-3).

Rasha :"kejahatan" (Keluaran 2:13; Mazmur :17).

Taah :"sengaja melakukan dosa" (Bilangan 15:22; Mazmur 58:4; Yesaya 53:6).

Dalam Perjanjian Baru ada dua belas istilah yang diterjemahkan dengan dosa, yakni:

Kakos :"buruk/ tidak baik" (Matius 21:41; Markus 7:21; Kisah para Rasul 9:13).

Ponkros :"kejahatan moral" (Matius 7:11; Kisah para Rasul 17:5; Roma 12:9).

Asebes :"hidup tanpa Allah" (Roma 1:18; 1 Timotius 1:9).

Enokhos :"kesalahan" (Matius 5:21-22; Markus 14:64).

Hamartia :"tidak bisa mencapai sasaran" (Matius 1:21; Yohanes 1:29).

Adikia :"tingkah laku yang tidak benar" (Roma 1:18; Lukas 16:9; Roma 6:13; 2 Tesalonika 2:10).

Anomos :"durhaka/ anti sosial" (Matius 13:41; 1 Timotius 1:9).

Parabates :"pelanggaran terhadap hukum" (Roma 3:23; Galatia 3:19).

Agnoein :"ibadah yang keliru" (Kisah para Rasul 13:27; Roma 2:4).

Planao :"menyimpang/ tersesat" (1 Petrus 2:25; Matius 24:5-6; 1 Yohanes 1:8).

Paraptoma :"pelangaran secara sengaja" (Roma 5:15-20; Matius 6:14; 2 Korintus 5:19).

Hipokrisis :"kemunafikan" (Galatia 2:11-21; 1 Timotius 4:2).

Dari berbagai istilah tentang dosa, baik yang terdapat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru seperti yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dosa adalah : tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan, kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, kejahatan, penyimpangan, keadaan tidak beriman, perbuatan jahat, pelanggaran terhadap hukum dan kesengajaan meninggalkan jalan yang benar.

III. DOSA WARISAN

Semua manusia yang dilahirkan berada dalam keadaan berdosa. Pandangan yang menyatakan seolah-olah bayi dilahirkan dalam keadaan bersih tanpa dosa, tidaklah sesuai dengan Alkitab (Mazmur 51:7) Mengapa manusia sudah berdosa sejak dalam kandungan ibu? Hal ini dapat dijawab dengan memahami penjelasan tentang dosa warisan atau dosa awal.

Secara sederhana ada yang mengartikan dosa warisan sebagai suatu keberadaan yang diwarisi dari orang tua, orang tua mewarisi dari orang tua mereka, demikian seterusnya hingga sampai kepada Adam dan Hawa. Jadi dosa warisan dipahami sebagai dosa yang berasal dari Adam dan berakibat terjadinya kemerosatan moral dalam diri manusia yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dosa warisan itu membentuk tabiat dosa dalam diri manusia dan mempengaruhi pikiran : pikiran menjadi bejat dan tercela (Roma 1:28), dibutakan (2 Kor 4:4), pengertian gelap dan terpisah dari Allah (Efesus 4:18). Emosi manusia merosot dan tercemar (Roma 1:21,24,26; Titus 1:15). Kehendak diperbudak oleh dosa (Roma 6:20, 7:20).

Dosa warisan mengakibatkan manusia mengalami kematian secara rohani. Dengan kemampuan sendiri manusia tidak dapat berhubungan dengan Allah. Dosa telah memisahkan manusia dengan Allah (Efesus 2:1-3). Apabila kematian rohani ini tetap dialami oleh seseorang,maka pada waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua untuk menghakimi semua manusia, orang tersebut akan mengalami kematian kekal (Wahyu 20:11-15).

Alkitab menunjukkan pengharapan kepada manusia yang ingin terbebas dari dosa warisan tersebut. Kematian Kristus diatas kayu salib sudah menebus dosa itu dan membebaskan orang yang percaya dari ikatan dan budak dosa (Roma 6:18; Galatia 5:24). Bersama dengan Kristus, hidup lama kita sudah tersalib dan kita hidup dalam hidup yang baru (2 Kor 5:17). Selain itu Roh Kudus yang berdiam dalam diri orang percaya, akan menyanggupkan kita untuk menang dari dosa dalam kehidupan sehari-hari.

IV. DOSA-DOSA PRIBADI

Dosa pribadi adalah dosa yang dilkukan seseorang. Setiap orang melakukan dosanya sendiri. Dosa-dosa pribadi ada yang diperbuat secara terang-terangan seperti berdusta (1 Yoh. 1:6) dan berbagai bentuk dosa yang secara khusus tertulis dalam Galatia 5:19-21; penyembahan berhala, sihir, perseteruan, irihati, amarah dan kepentingan diri sendiri. Ada juga dosa yang terjadi di dalam pikiran kita seperti ketamakan, perzinahan, (Matius 5:27-28; 2 Kor 10:5; Kolose 3:5-6).

Dalam Perjanjian Lama nampaknya ada penjelasan tentang penggolongan dosa. Maksudnya adalah dosa digolongkan sebagai dosa kebodohan dan dosa pemberontakan. Jadi ada dosa yang dianggap sebagai akibat dari kebodohan atau ketidaktahuan (Imamat 4:2) dan dosa yang dianggap sebagai pemberontakan (Bilangan 15:30-31). Dalam Perjanjian Baru, kita juga menemukan ayat yang membuat pembedaan antara dosa yang tidak dapat diampuni (Matius 12:31-32), dosa yang tidak mendatangkan maut dan dosa yang mendatangkan maut (1 Yohanes 5:16).

Akibat dari dosa-dosa pribadi itu adalah hilangnya persekutuan yang harmonis, baik dengan sesama manusia terjadinya kebencian, permusuhan, kepahitan) maupun dengan Allah (tertuduh dengan rasa bersalah, doa yang hambar dan hilangnya sukacita). Hal-hal ini dapat diatasi dengan kesadaran akan dosa itu dan menyelesaikannya dengan Tuhan dan sesama melalui pengampunan (Efesus 1:7) dan pengakuan (1 Yohanes 1:9).

V. PERJUANGAN ORANG PERCAYA TERHADAP DOSA

Tidaklah benar jika ada orang yang beranggapan bahwa seolah-olah orang yang sudah percaya kepada Kristus tidak lagi berbuat dosa. Haruslah diakui bahwa sebelum kita percaya kepada Kristus, hidup kita sudah terbiasa melakukan berbagai hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Kita sudah ahli dalam berbuat dosa. Setelah kita percaya, maka ada godaan dan tantangan yang kadangkala membuat kita menang tetapi bisa juga kalah dan kemudian melakukan dosa.

Alkitab memang menganjurkan tentang hidup dalam kekudusan (1Petrus 1:15), tetapi pemahaman kekudusan yang dimaksud, bukanlah hidup tanpa dosa, melainkan lebih kepada pemahaman hidup yang dewasa di dalam Kristus. Untuk menjadi dewasa di dalam Kristus, ukurannya adalah hidup dalam terang (1 Yohanes 1:7; 2:6; 3:24). Jika kehidupan Kristen kita seperti ini, maka kita akan menang terhadap dosa.

Agar supaya orang percaya tidak jatuh ke dalam dosa, maka ada beberapa hal penting untuk diperhatikan, yaitu:

Pergunakan senjata Allah untuk menghadapi berbagai tipudaya dan godaan dunia serta iblis. (Efesus 6:13-18).

Sadar dan waspada selalu (1 Petrus 5:8)

Menyalibkan kedagingan (sifat melawan Allah) dalam diri kita (Galatia 5:24)

Hidup kita penuh dengan Firman Tuhan, karena Firman itu berkuasa mencegah kita berbuat dosa (Mazmur 119:11).

Kamis, 22 Januari 2009

Motivasi

Selama ini kita sering menyebut-nyebut kata motivasi. Biasanya kata motivasi dalam lingkungan Gereja dikaitkan dengan pelayanan atau pengiringan kepada Tuhan Yesus. Sebelum membahas hal kemurnian motivasi pelayanan, terlebih dahulu perlu ditinjau apa yang dimaksud dengan motivasi itu. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Kata movere memberikan impresi yang jelas atau menunjuk sesuatu yang aktif, dinamis dan juga bisa menunjukkan sesuatu yang berkembang atau progresif. Secara etimologis (asal usul kata); kata motivasi berasal dari kata motif, yang artinya dorongan, kehendak alasan atau kemauan. Maka motivasi adalah dorongan-dorongan (forces) yang membangkitkan dan menggerakkan kelakuan individu. Motivasi bukanlah tingkah laku, melainkan kondisi internal yang komplek, dan tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi mempengaruhi tingkah laku seseorang. Itulah sebabnya kita dapat melihat motivasi seseorang berdasarkan tingkah lakunya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didiskripsikan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Deskripsi ini memiliki kesamaan dengan pengertian motivasi di atas bila ditinjau dari etimologinya, yaitu movere. Dengan penjelasan diatas ini dapatlah ditarik konklusi bahwa motivasi menunjuk kepada sikap hati yang menghasilkan suatu dorongan untuk berbuat sesuatu secara konkret. Itulah sebabnya dalam bukunya yang berjudul Teori Motivasi, penulisnya mengatakan bahwa motivasi menentukan kuat-lemahnya tingkah laku atau gerakan untuk mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Pada dasarnya motivasi timbul karena dilandaskan pada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.

Seorang penulis buku lain mengatakan mengenai motivasi sebagai berikut: Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan. Sejajar dengan ungkapan pernyataan diatas, penulis lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Motif yang dimaksud ialah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Dalam ungkapannya tersebut hendak menekankan bahwa motivasi merupakan proses yang menggerakkan sebuah kegiatan atau proyek demi tercapainya sebuah tujuan tertentu dengan melahirkan atau menciptakan motif-motif lain sebagai pendukungnya.

Berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam motivasi, seorang penulis buku mengenai motivasi dari Barat mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa dan tanggapan terhadap adanya tujuan. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa motivasi sangat berkorelasi dengan tujuan. Jika tidak ada motivasi maka tujuannya pun tidak jelas. Disini nyatalah bahwa motivasi adalah daya penggerak yang telah diaktifkan.

Fenomena ini ditegaskan oleh pendapat tokoh pemikir yang bernama Callahan dan Clark bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Jadi berbicara mengenai kemurnian motivasi, maka hendak dijabarkan mengenai motivasi yang seharusnya dimiliki seorang anak Tuhan dan pelayan Tuhan dalam Gereja Tuhan. Tidak ada motivasi lain dalam hidup kita kecuali mengenal Dia untuk mengabdi kepadaNya. Diluar hal ini berarti pemberontakan dan menuju kebinasaan, api kekal.

Selasa, 20 Januari 2009

Yesus Kristus

Ada banyak serangan yang ditujukan kepada iman Kristen, tetapi bagian yang paling diserang dalam kekristenan adalah mengenai iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Orang-orang diluar kekristenan memandang Yesus hanya sebagai salah seorang nabi saja (Islam), Yesus hanyalah ciptaan Allah yang luar biasa (saksi Yehovah), Yesus hanyalah seorang tokoh agama dengan pengajaran moral yang tinggi (Mahatma Gandhi). Apa pandangan kita tentang Kristus, sangat menentukan pengalaman rohani kita dalam bersekutu denganNya.

Topik Yesus Kristus ini akan membantu kita untuk memahami siapa Yesus Kristus yang sebenarnya seperti yang dikatakan oleh Alkitab. Apakah Yesus sudah ada sebelum dunia ini ada? Apakah Dia hanya manusia biasa atau Tuhan? Gelar-gelar apa yang dimiliki oleh Yesus Kristus?

II. ISTILAH

Yesus merupakan bentuk nama Yunani dari Yosua yang artinya "Yahweh adalah penolong atau Tuhan memberi kelepasan". Dalam Matius 1:12 sangat jelas disitu pernyataan malaikat bahwa Yesus berarti seseorang yang akan menyelamatkan atau melepaskan bangsaNya dari dosa.

Kristus merupakan istilah Yunani yang artinya sama dengan Mesias (Ibrani) yaitu "yang diurapi". Yesus disebut Kristus atau Mesias karena Dia diurapi oleh Allah untuk menjadi penyelamat bagi manusia yang berdosa dengan membebaskan mereka dari keberdosaannya.

Dari dua pengertian yang sudah dijelaskan diatas secara terpisah tentang arti Yesus dan Kristus, maka jelaslah dari artinya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang memberi kelepasan kepada manusia melalui kehadiranNya di dunia ini dengan kerelaanNya untuk mati diatas salib menebus manusia yang berdosa.

III. YESUS KRISTUS SUDAH ADA SEBELUM DILAHIRKAN

Mungkin judul ini membingungkan saudara, sebab bagaimana mungkin Yesus sudah ada sebelum Dia dilahirkan oleh Maria di Betlehem kira-kira 2000 tahun yang lalu. Namun jika kita memahami Alkitab dengan cermat, kita akan menemukan penjelasan Alkitab tentang keberadaan Kristus bahwa Dia bukan saja sudah ada sebelum dilahirkan tetapi sudah ada bahkan sebelum dunia dijadikan. Tuhan Yesus terlibat dalam penciptaan bumi, langit dan segala isinya (Yoh 1:3 ; Kolose 1:16 ; Ibrani 1:2). Yesus disebut juga Bapa yang Kekal (Yesaya 9:5). Yesus menyatakan bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham ada (Yohanes 8:58).

IV. YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH YANG MENJELMA MENJADI MANUSIA

Kita tidak dapat menerima jika ada manusia yang dapat jadi Allah. Tetapi tidaklah mustahil jika Allah menjelma menjadi manusia. Hal itu yang terjadi dengan Yesus. Alkitab menggunakan istilah Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14) untuk menunjukkan penjelmaan Allah menjadi manusia Yesus Kristus. Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, maka Yesus dilahirkan dengan tubuh manusia ( Lukas 2:52; Yohanes 8:40), memilki jiwa dan roh manusia (Matius 26:38 ; Lukas 23:46), merasa lapar dan haus (Matius 4:2 ; Yohanes 19:28), merasa lelah (Yohanes 4:6), bersedih (Yohanes 1:35) dan Yesus diuji (Ibrani 4:15).

Perjanjian Lama sudah menubuatkan tentang kedatangan Kristus sebagai manusia, yakni tentang:

KelahiranNya (Yesaya 7:14 ; Mikha 5:1)

NamaNya (Yesaya 9:5)

JabatanNya (Nabi, Ulangan 18:18 ; Imam, Mazmur 110:4 ; Raja, Bilangan 24:17)

Penderitaan dan kematianNya (Yesaya 50:6 ; Mazmur 22:19 ; 16:30)

KebangkitanNya (Yesaya 53:10)

KenaikanNya ke sorga (Mazmur 68:19)

Pertanyaan penting untuk dijawab adalah mengapa Allah harus menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus? Ada beberapa alasan mengenai penjelmaan ini, yakni:

Kehadiran Kristus di dunia ini adalah untuk menyingkapkan Allah itu kepada manusia (Yohanes 1:18 ; 14:7-11)

Kehidupan Kristus di dunia ini bagi kita orang percaya merupakan suatu teladan untuk dituruti (I Petrus 2:21 ; I Yohanes 2:6)

Kristus datang ke dunia ini untuk mati di atas kayu salib menjadi tebusan bagi manusia yang berdosa. Yesus menjadi juruselamat manusia- Allah supaya kita yang percaya diselamatkan (Ibrani 10:1-10)

Kedatangan Kristus adalah juga untuk memusnahkan pekerjaan Iblis (I Yohanes 3:8)

Kristus datang ke dunia untuk menjadi seorang Imam besar yang merasakan kelemahan manusia (Ibrani 4:14-16)

V. KEALLAHAN YESUS KRISTUS

Yesus Kristus disebut Allah karena dalam diriNya terdapat hal-hal yang hanya dimiliki oleh Allah saja. Alkitab menunjukkan tentang beberapa sifat Allah di dalam diri Yesus dan juga hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, yakni:

Kekekalan. Yesus mengaku sudah ada sejak kekal (Yohanes 8:58)

Mahahadir. Yesus menyatakan Ia hadir dimana-mana (Matius 18:20 ; 28:20)

Mahatahu. Yesus mengetahui hal-hal yang tersembunyi (Matius 16:21 ; Lukas 6:8 ; Yohanes 4:29)

Mahakuasa. Yesus menyatakan kekuasaanNya sebagai Allah (Markus 5:11-15 ; Yohanes 11:38-44)

Mengampuni dosa (Markus 2:1-12)

Membangkitkan orang mati (Yohanes 11:43)

Menghakimi semua orang (Yohanes 5:22)

Keallahan Yesus juga ditunjukkan oleh gelar-gelar yang dimilikiNya; misalnya sebagai Anak Allah yang dalam pengertian orang Yahudi Yesus sama dengan Allah (Yohanes 10:36) dan gelar Tuhan yang merupakan persamaan dengan istilah Yahweh dalam Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Allah (Matius 22:43-45), Yesus sebagai Allah (Yoh
1:1 ; 20:28 ; Ibrani 1:8) dan Raja diatas segala raja dan Tuhan di atas segala Tuhan (Wahyu 19:16).

Senin, 19 Januari 2009

Dosa

PENDAHULUAN
Pemahaman tentang dosa merupakan salah satu hal penting dalam iman Kristen. Ada orang Kristen yang meskipun sudah bertahun-tahun mengikut Kristus, tetapi terus hidup di dalam dosa.

Ada orang Kristen yang walaupun sudah bertobat dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat hidupnya, namun dia tetap merasa disiksa oleh rasa bersalah karena dosa-dosa masa lalunya. Ada beberapa orang Kristen berpendapat bahwa ketika seseorang masih kecil, maka segala dosa ditanggung oleh orangtuanya dan orang tersebut baru dapat bertanggung jawab terhadap dosanya sendiri, setelah mengikuti suatu acara gereja tertentu (sidi gereja).

Apa ajaran Alkitab tentang dosa? Apa yang dimaksud dengan dosa warisan? Apa yang dimaksud dengan dosa-dosa pribadi? Penjelasan di bawah ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai dosa, sehingga pemahaman ini akan menolong kita memiliki sikap yang sesuai dengan Firman Tuhan terhadap dosa.

II. ISTILAH

Dalam Perjanjian Lama kita dapat menemukan delapan kata dasar yang menunjuk tentang dosa. Kata-kata yang dimaksud adalah:

Khata :"tidak mengenai sasaran" (Keluaran 20:20; Amsal 8:36).

Ra :"menghentikan/ menghancurkan" (Kejadian 3:5; 38:7).

Pasha :"memberontak" (1 Raja-raja 12:9; Yesaya 1:2).

Awon :"perbuatan salah" (1 Samuel 3:13).

Shagag :"menyimpang" (Yesaya 28:7).

Asham :" dosa yang berhubungan dengan korban persembahan" (Imamat 4:13; 5:2-3).

Rasha :"kejahatan" (Keluaran 2:13; Mazmur :17).

Taah :"sengaja melakukan dosa" (Bilangan 15:22; Mazmur 58:4; Yesaya 53:6).

Dalam Perjanjian Baru ada dua belas istilah yang diterjemahkan dengan dosa, yakni:

Kakos :"buruk/ tidak baik" (Matius 21:41; Markus 7:21; Kisah para Rasul 9:13).

Ponkros :"kejahatan moral" (Matius 7:11; Kisah para Rasul 17:5; Roma 12:9).

Asebes :"hidup tanpa Allah" (Roma 1:18; 1 Timotius 1:9).

Enokhos :"kesalahan" (Matius 5:21-22; Markus 14:64).

Hamartia :"tidak bisa mencapai sasaran" (Matius 1:21; Yohanes 1:29).

Adikia :"tingkah laku yang tidak benar" (Roma 1:18; Lukas 16:9; Roma 6:13; 2 Tesalonika 2:10).

Anomos :"durhaka/ anti sosial" (Matius 13:41; 1 Timotius 1:9).

Parabates :"pelanggaran terhadap hukum" (Roma 3:23; Galatia 3:19).

Agnoein :"ibadah yang keliru" (Kisah para Rasul 13:27; Roma 2:4).

Planao :"menyimpang/ tersesat" (1 Petrus 2:25; Matius 24:5-6; 1 Yohanes 1:8).

Paraptoma :"pelangaran secara sengaja" (Roma 5:15-20; Matius 6:14; 2 Korintus 5:19).

Hipokrisis :"kemunafikan" (Galatia 2:11-21; 1 Timotius 4:2).

Dari berbagai istilah tentang dosa, baik yang terdapat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru seperti yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dosa adalah : tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan, kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, kejahatan, penyimpangan, keadaan tidak beriman, perbuatan jahat, pelanggaran terhadap hukum dan kesengajaan meninggalkan jalan yang benar.

III. DOSA WARISAN

Semua manusia yang dilahirkan berada dalam keadaan berdosa. Pandangan yang menyatakan seolah-olah bayi dilahirkan dalam keadaan bersih tanpa dosa, tidaklah sesuai dengan Alkitab (Mazmur 51:7) Mengapa manusia sudah berdosa sejak dalam kandungan ibu? Hal ini dapat dijawab dengan memahami penjelasan tentang dosa warisan atau dosa awal.

Secara sederhana ada yang mengartikan dosa warisan sebagai suatu keberadaan yang diwarisi dari orang tua, orang tua mewarisi dari orang tua mereka, demikian seterusnya hingga sampai kepada Adam dan Hawa. Jadi dosa warisan dipahami sebagai dosa yang berasal dari Adam dan berakibat terjadinya kemerosatan moral dalam diri manusia yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dosa warisan itu membentuk tabiat dosa dalam diri manusia dan mempengaruhi pikiran : pikiran menjadi bejat dan tercela (Roma 1:28), dibutakan (2 Kor 4:4), pengertian gelap dan terpisah dari Allah (Efesus 4:18). Emosi manusia merosot dan tercemar (Roma 1:21,24,26; Titus 1:15). Kehendak diperbudak oleh dosa (Roma 6:20, 7:20).

Dosa warisan mengakibatkan manusia mengalami kematian secara rohani. Dengan kemampuan sendiri manusia tidak dapat berhubungan dengan Allah. Dosa telah memisahkan manusia dengan Allah (Efesus 2:1-3). Apabila kematian rohani ini tetap dialami oleh seseorang,maka pada waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua untuk menghakimi semua manusia, orang tersebut akan mengalami kematian kekal (Wahyu 20:11-15).

Alkitab menunjukkan pengharapan kepada manusia yang ingin terbebas dari dosa warisan tersebut. Kematian Kristus diatas kayu salib sudah menebus dosa itu dan membebaskan orang yang percaya dari ikatan dan budak dosa (Roma 6:18; Galatia 5:24). Bersama dengan Kristus, hidup lama kita sudah tersalib dan kita hidup dalam hidup yang baru (2 Kor 5:17). Selain itu Roh Kudus yang berdiam dalam diri orang percaya, akan menyanggupkan kita untuk menang dari dosa dalam kehidupan sehari-hari.

IV. DOSA-DOSA PRIBADI

Dosa pribadi adalah dosa yang dilkukan seseorang. Setiap orang melakukan dosanya sendiri. Dosa-dosa pribadi ada yang diperbuat secara terang-terangan seperti berdusta (1 Yoh. 1:6) dan berbagai bentuk dosa yang secara khusus tertulis dalam Galatia 5:19-21; penyembahan berhala, sihir, perseteruan, irihati, amarah dan kepentingan diri sendiri. Ada juga dosa yang terjadi di dalam pikiran kita seperti ketamakan, perzinahan, (Matius 5:27-28; 2 Kor 10:5; Kolose 3:5-6).

Dalam Perjanjian Lama nampaknya ada penjelasan tentang penggolongan dosa. Maksudnya adalah dosa digolongkan sebagai dosa kebodohan dan dosa pemberontakan. Jadi ada dosa yang dianggap sebagai akibat dari kebodohan atau ketidaktahuan (Imamat 4:2) dan dosa yang dianggap sebagai pemberontakan (Bilangan 15:30-31). Dalam Perjanjian Baru, kita juga menemukan ayat yang membuat pembedaan antara dosa yang tidak dapat diampuni (Matius 12:31-32), dosa yang tidak mendatangkan maut dan dosa yang mendatangkan maut (1 Yohanes 5:16).

Akibat dari dosa-dosa pribadi itu adalah hilangnya persekutuan yang harmonis, baik dengan sesama manusia terjadinya kebencian, permusuhan, kepahitan) maupun dengan Allah (tertuduh dengan rasa bersalah, doa yang hambar dan hilangnya sukacita). Hal-hal ini dapat diatasi dengan kesadaran akan dosa itu dan menyelesaikannya dengan Tuhan dan sesama melalui pengampunan (Efesus 1:7) dan pengakuan (1 Yohanes 1:9).

V. PERJUANGAN ORANG PERCAYA TERHADAP DOSA

Tidaklah benar jika ada orang yang beranggapan bahwa seolah-olah orang yang sudah percaya kepada Kristus tidak lagi berbuat dosa. Haruslah diakui bahwa sebelum kita percaya kepada Kristus, hidup kita sudah terbiasa melakukan berbagai hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Kita sudah ahli dalam berbuat dosa. Setelah kita percaya, maka ada godaan dan tantangan yang kadangkala membuat kita menang tetapi bisa juga kalah dan kemudian melakukan dosa.

Alkitab memang menganjurkan tentang hidup dalam kekudusan (1Petrus 1:15), tetapi pemahaman kekudusan yang dimaksud, bukanlah hidup tanpa dosa, melainkan lebih kepada pemahaman hidup yang dewasa di dalam Kristus. Untuk menjadi dewasa di dalam Kristus, ukurannya adalah hidup dalam terang (1 Yohanes 1:7; 2:6; 3:24). Jika kehidupan Kristen kita seperti ini, maka kita akan menang terhadap dosa.

Agar supaya orang percaya tidak jatuh ke dalam dosa, maka ada beberapa hal penting untuk diperhatikan, yaitu:

Pergunakan senjata Allah untuk menghadapi berbagai tipudaya dan godaan dunia serta iblis. (Efesus 6:13-18).

Sadar dan waspada selalu (1 Petrus 5:8)

Menyalibkan kedagingan (sifat melawan Allah) dalam diri kita (Galatia 5:24)

Hidup kita penuh dengan Firman Tuhan, karena Firman itu berkuasa mencegah kita berbuat dosa (Mazmur 119:11).

Minggu, 18 Januari 2009

Miskin Dihadapan Allah

Di dalam Matius 5 Yesus mengawali khotbah di bukit dengan ucapan bahagia. Ucapan bahagia yang pertama, yaitu Matius 5:3, berbunyi: ???Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga???.

Pada pasal 4, yaitu pasal sebelumnya, Yesus melakukan banyak sekali mukjizat dan perkara ajaib. Oleh karena perkara-perkara dan mukjizat yang ajaib tersebut, berbondong-bondong orang mengikuti Yesus. Perhatikanlah baik-baik teks Alkitab dalam bahasa Indonesia (LAI). Teks tersebut menggunakan kata “mengikuti” dan bukan “mengikut”. Kata tersebut merupakan terjemahan dari kata akoloutheo yang berarti (1) berada di jalan yang sama atau beriring-iringan; (2) dan menjadi murid.
Bila kita memperhatikan keseluruhan kisah, maka tepatlah bila diterjemahkan mengikuti dan bukan mengikut. Mengapa? Ternyata umumnya mereka mengikuti Yesus karena berbagai perkara yang mungkin timbul atau terjadi karena keajaiban-keajaiban yang Yesus kerjakan. Bukan karena jati diri Yesus yang sesungguhnya. Yesus justru memanfaatkan kerumunan orang banyak tersebut untuk memberitakan Kerajaan Allah. Dan Ia memulainya dengan kalimat di atas.
Kata “berbahagialah” berasal dari kata makarioi (Yunani) yang merupakan bentuk perpanjangan dari kata makar yang merupakan istilah puitis pada zaman itu. Maksudnya, kata makar banyak digunakan dalam dunia sastra puisi. Namun sesungguhnya, kata makar itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ma/me yang berarti tidak dan ker yang berarti takdir atau kematian yang tak terelakkan. Arti harafiahnya penggabungan kedua kata tersebut berarti bukan takdir yang menakutkan. Arti kata ini kemudian, setelah mengalami penggabungan, adalah antara lain: diberkati, bergembira, beruntung. Ketiga arti kata tersebut, walaupun berbeda, sesungguhnya mengarah kepada satu arti yang sama, yaitu menjelaskan keadaan yang positif yang dimiliki oleh seseroang yang memenuhi persyaratan. Persyaratannya dijelaskan kemudian.
“Orang yang miskin di hadapan Allah” merupakan persyaratan (prerequisite) untuk adanya atau dimilikinya keadaan beruntung tersebut. Dalam teks asli, kata yng diterjemahkan miskin di sini adalah ptokoi. Arti harafiah kata ini adalah peminta-minta atau pengemis. Namun, dalam teks Alkitab kita tidak dapat diterjemahkan secara harafiah atau literal menjadi “berbahagialah orang yang menjadi pengemis di hadapan Allah”. Tentu bila diterjemahkan demikian akan menjadi konyol. Tidak demikian.
Tetapi kata tersebut menjadi penegas atau penjelas keadan miskin yang dimiliki orang yang diucapkan oleh Tuhan Yesus. Kata ‘miskin’ tergolong dalam kata sifat abstrak, karena kata tersebut merupakan kata sifat yang bisa sangat relatif maknanya. Misalnya, seorang yang kaya raya bisa menilai dirinya miskin bila berhadapan dengan orang yang sangat kaya raya. Seorang yang berkecukupan bisa menilai dirinya miskin bila berhadapan dengan orang yang kaya raya. Orang yang hidupnya ala kadarnya akan merasa miskin bila berhadapan dengan orang yang berkecukupan. Orang yang hidupnya pas-pasan akan merasa miskin bila berhadapan dengan orang yang hidup ala kadarnya. Apalagi bila orang yang pas-pasan berhadapan dengan orang yang berkecukupan, kaya raya atau sangat kaya raya. Itulah yang dimaksudkan dengan relatif.
Tetapi di sini Yesus hendak memberikan suatu tolok ukur kemiskinan yang Ia hendak maksudkan sebagai persyaratan tadi. Miskin yang Tuhan Yesus maksudkan di sini adalah kemiskinan pada garis terendah. Adakah yang lebih miskin dari seorang peminta-minta? Pengemis jelas merupakan suatu status sosial terendah dalam struktur masyarakat manapun di belahan manapun di muka bumi ini. Tidak ada yang lebih miskin daripada seorang pengemis.
“Di hadapan Allah” ternyata merupakan penerjemahan tafsiran LAI. Ada kalanya suatu kata diterjemahkan secara harafiah atau literal, namun ada kalanya diterjemahkan dengan menggantikan kata, dengan maksud bahwa perubahan tersebut memberikan makna yang dapat lebih dimengerti oleh para pembacanya. Ternyata, dalam teks asli, yaitu teks Yunani, digunakan istilah to pneumati, yang berarti “di dalam roh.” Tidak ada frasa “di hadapan Allah” dalam teks asli. Namun, jelas bahwa artinya tidak menyimpang.
“Diberkatilah, bergembiralah, berbahagilah orang yang miskin sperti pengemis di dalam roh.” Itulah arti harafiahnya. Tetapi jelek terdengar dalam cita rasa bahas. Namun kita jadi mengerti lebih jelas apa yang Tuhan Yesus maksudkan.
1. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa orang yang berbahagia yang Yesus maksudkan adalah orang-orang yang tidak berada di bawah pengaruh takdir (temasuk maut atau kematian) atau kesempatan dan kebetulan. Sebaliknya, ia dikuasai oleh oleh pemeliharaan Allah, di mana setiap langkah kehidupannya diarahkan untuk memperoleh kemuliaan yang tidak dapat binasa, yang kekal sifatnya. Ia diubahkan oleh kuasa menuju keserupaan dengan Allah. Meskipun mereka yang kepadanya Yesus ucapkan “berbahagialah”, yaitu para pengikutNya pada saat itu, dan juga kita sekarang ini belum memiliki kodrat ilahi, mereka dan juga kita sedang dalam perjalanan menuju ke sana.
2. Miskin dalam roh adalah orang yang secara mendalam memahami kemiskinan dan kehancuran rohaninya. Ptokoi yang secara harafiah berarti pengemis, berasal dari kata ptosso yang berarti gemetar karena ketakutan. Umumnya pengemis juga cenderung untuk selalu gemetaran, baik karena kelaparan permanen atau yang terus-menerus ia alami maupun karena orang-orang lain yang sangat bisa menganiaya dirinya tanpa sanggup memberikan perlawanan. Apalagi zaman sekarang, di muka bumi tercinta ini, nyawa sudah tidak berarti ??? apalagi atas orang-orang yang kecil seperti para pengemis.
Yang Yesus maksudkan di sini adalah kesadaran yang dimiliki oleh orang yang berhadapan dengan Allah. Menyadari sepenuhnya akan kekayaan yang sejati, yaitu Allah sendiri (karena Allah adalah satu-satunya kekayaan yang sejati), ia menjadi begitu gemetar akan kebutuhan bagi jiwanya. Ketika ia melihat Allah, maka ia melihat ternyata betapa miskinnya ia. Seperti seorang pengemis diperhadapkan dengan seorang raja. Gemetar karena ketakutan bahwa ia akan binasa tanpa keselamatan yang dari Allah. Ia menyadari bahwa ia memerlukan keselamatan dari Tuhan. Ia membutuhkan Tuhan itu sendiri, melebihi apapun. Orang yang merasakan ini dalam jiwanya, bagi Kristus, adalah orang yang berbahagia, karena ada jalan atau jembatan antara dirinya dengan Kerajaan Allah, sebagaimana yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus Kristus.
3. Sebaliknya, orang yang tidak melihat Allah dan Kerajaan Sorga sebagai kekayaan yang sesungguhnya, ia tidak akan menyadari bahwa ia miskin dan hancur secara rohani. Hal-hal lain yang justru mengisi jiwanya. Ia tidak peduli akan keselamatan dari Allah. Ia tidak membutuhkannya. Ia tidak butuh Tuhan. Bagi kita zaman sekarang, kita bisa saja menjadi orang Kristen, bahkan melayani Tuhan, tetapi jiwa kita tetap seperti itu, yaitu tidak butuh Tuhan. Bila kita demikian, kita tidak berbahagia. Kita justru akan takut, termasuk terhadap kematian, yang menjadi suatu hal yang pasti akan terjadi bagi setiap manusia. Kita menadi takut karena kita tidak tahu apa yang terjadi setelah kehidupan di muka bumi ini.